YOGYAKARTA (KR) Pengurus Yayasan Melayu Nusantara (YMN) mengunjungi Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM), Jl Gambiran 85, Yogyakarta, Sabtu (15/2). Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengetahui aktivitas lembaga ini dalam mengembangkan budaya Melayu, membangun potensi kolaborasi dan dialog kebudayaan Melayu menghadapi era digitalisasi.
Rombongan dipimpin Ketua Umum YMN Djonieri, beserta Ketua I Emmalia Natar, Ketua II Wan Muhammad Hasyim dan Ketua III Setri Yasra. Selain itu, juga hadir Sekretaris Umum Muchlis Ishaq, Bendahara Umum Aslan Wiguna dan Bendahara II Dessy Arisanti. Pengurus YMN disambut Ketua BKPBM Mahyudin Al Mudra dan Pengurus Ikatan Pemuda Riau Yogyakarta (IPRY).
Djonieri memaparkan visi, misi dan program kerja YMN dalam upaya mengembangkan budaya Melayu sejak 2023. Beberapa rencana program YMN ke depan adalah di bidang seni, pengembangan UMKM, serta membangun edukasi tentang Melayu kepada generasi muda.
YMN juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan soft skill. Lembaga ini mempromosikan budaya Melayu melalui media sosial agar lebih dikenal masyarakat dunia. “Kami mengharapkan adanya kolaborasi ke depan dalam mengenalkan budaya Melayu ke seluruh Indonesia dan dunia internasional,” kata Djonieri.
Sementara Wan Muhammad Hasyim kagum dengan perjuangan Mahyudin Al Mudra mengembangkan budaya Melayu di perantauan selama ini. Wan mengaku mengenal entitas tersebut melalui buku sejak kecil. “Saya terkesima dengan perjuangan beliau. Saya takjub, ternyata pengetahuan saya sedikit sekali tentang Melayu. Walaupun memang suka baca sejak kecil,” kata Wan.
Aslan Wiguna mengucapkan terima kasih atas sambutan BKPBM di Yogyakarta. Menurut Aslan, kunjungan ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang kultur tersebut. “Ini bermanfaat luar biasa, terutama buat saya, bisa silaturahmi sesama putra Indragiri Hilir,” kata Aslan.
Ia menegaskan YMN siap berkolaborasi dan memberikan kontribusi dengan BKPBM. Sedangkan Setri Yasra mengaku prihatin dengan minimnya perhatian pemerintah dalam membantu pengembangan budaya Melayu selama ini.
Ia mengusulkan pembuatan film dokumenter untuk memperkenalkan Melayu di Nusantara dan internasional. Tujuannya untuk menarik perhatian pemerintah sehingga lebih peduli terhadap pengembangan budaya ini. “Membangunkan orang yang berada di gurun, tidak cukup berteriak. Maka kita viralkan dengan sesuatu yang ilmiah, seperti film dokumenter,” kata Setri.
Muchlis Ishaq mengatakan BKPBM sudah banyak menerbitkan buku tentang Melayu sehingga dipandang perlu kegiatan bedah buku. “Bedah buku tentang kemelayuan ini bisa mengundang Pak Mahyudin sebagai narasumber. Saya yakin di antara Pengurus YMN juga belum tentu semua paham tentang Melayu, baik seni maupun sejarahnya,” kata Muchlis.
Mahyudin Al Mudra menjelaskan tujuan pendirian BKPBM di depan Pengurus YMN. Antara lain, menghidupkan kembali Melayu sebagai perekat kehidupan berbangsa, mengumpulkan dan memelihara seni budaya serta mempromosikan ke masyarakat dunia. “Kegiatannya menerbitkan buku, seminar, dokumentasi dan kajian arsitektur, mendatangkan raja-raja Melayu,” kata Mahyudin.
Ia menambahkan BKPBM sudah menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi, seperti Universiti Putra Malaysia (UPM), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), UIN Raden Patah Palembang, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan Universitas Gajah Mada (UGM).
BKPBM sudah banyak dikunjungi yayasan Melayu dari Malaysia, Brunei, bahkan negara- negara Eropa. Mahyudin mengungkapkan ikhtiarnya mengembangkan budaya Melayu sudah maksimal. Namun, dukungan pemerintah pusat dan daerah dirasakan masih minim, khususnya untuk kegiatan di BKPBM. (FA)