RATUSAN anggota TNI berjibaku memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau. Berbagai suka dan duka mereka hadapi demi bangsa merdeka dari bencana karhutla.
Kebakaran lahan terjadi selama dua bulan di Provinsi Riau. Kondisi terparah berada di Kabupaten Rokan Hilir dengan luas lahan terbakar mencapai 1.098 hektare. Antara lain di Kecamatan Kubu Babussalam, Tanah Putih dan Pujud. Petugas pemadam dikerahkan untuk mengendalikan api.
Di antaranya anggota TNI dari sejumlah satuan. Ratusan prajurit berhari-hari menghadapi kobaran api, asap bau menyengat dan cuaca panas. Salah satunya seorang prajurit Sertu Fren MS yang terkepung kepulan asap dari lahan gambut.
“Kendala bagi kami di karhutla itu sumber air terbatas. Selain itu, api yang sangat besar sehingga kami sulit padamkan,” kata Sertu Fren MS.
Operasi pemadaman kebakaran lahan gambut memang tidak mudah karena api tidak hanya meluas di permukaan, namun merambat hingga ke bawah tanah. Anggota TNI, Polri dan BPBD setempat mengaku kewalahan karena medan berat ini diperparah dengan minimnya sumber air di lokasi.
“Saya masuk ke dalam lahan, namun api di belakang saya sudah menyeberang dan kabut yang begitu tebal sehingga saya lari keluar,” kata Sertu Fren MS.
Anggota pemadam karhutla bergerak setiap hari. Patroli dilakukan dari siang hingga malam. Mereka harus melupakan sejenak keluarga demi tugas negara. Prajurit bertekad tidak akan pulang sebelum karhutla padam.
Namun, titik api baru selalu saja bermunculan. Diduga, pemilik lahan sengaja membakar areal gambut untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Modus kejahatan lingkungan ini terjadi setiap musim kemarau di Provinsi Riau.
Karhutla menyebabkan kerusakan lingkungan, polusi udara dan gangguan kesehatan. Petugas terus bekerja keras mengendalikan api meski harus menghirup partikel debu yang membahayakan kesehatan.
Setelah tim pemadam berjibaku selama dua bulan, titik api mulai berkurang. Sebagian besar kebakaran lahan gambut di Rokan Hilir berhasil dipadamkan, akhir Juli 2025. Operasi tidak kenal lelah ini mampu mencegah bencana kabut asap yang selalu menjadi mimpi buruk hubungan Indonesia-Malaysia.
Perjuangan prajurit TNI dan tim pemadam gabungan di garis depan karhutla patut diapresiasi di hari kemerdekaan karena terbukti mampu membebaskan bangsa dari kerusakan lingkungan dan bencana ekologi yang disebabkan ulah manusia. (Fitra Asrirama)