PEKANBARU (KR) Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Riau (Ikafe Unri) menggelar Webinar The Power of Public Speaking, Sabtu (12/10). Dialog via zoom meeting ini menghadirkan pembicara Muchlis Ishaq, moderator Selvi Apria Ningsih dan diikuti 55 peserta dari 94 yang teregister. Mereka terdiri dari alumni, dosen serta mahasiswa Unri.
Webinar dibuka Ketua Ikafe Unri Djonieri. Dalam kata sambutannya, Djonieri mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya pertemuan virtual tersebut, khususnya kepada Muchlis Ishaq yang bersedia berbagi ilmu tentang kemampuan berbicara di depan umum (public speaking). “Kalau kita ingin jadi pemimpin, tidak ada ceritanya tidak bisa berbicara. Jadi, rugi kalau tidak ikut webinar ini karena ilmunya mahal,” kata Djonieri.
Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini menambahkan seorang pemimpin harus mampu berbicara atau menyampaikan pesan secara singkat, padat, tepat dan menarik. Menurut Djonieri, ada orang yang bisa menulis, namun tidak mampu berbicara di depan publik. Oleh sebab itu, diperlukan keterampilan public speaking sebagai modal bagi seorang pemimpin dalam perusahaan atau bidang lainnya.
“Ini webinar series Ikafe yang diagendakan setiap bulan. Pembicara kali ini Pak Muchlis Ishaq yang berpengalaman selama lebih dari 20 tahun sebagai public speaker di dunia corporate. Mari kita dengarkan dan serap ilmunya,” kata Djonieri.
Sementara Muchlis Ishaq menyatakan seseorang yang mampu berbicara di depan umum akan sukses dalam karir dan hidupnya. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat. Namun, banyak juga orang yang takut berbicara di depan orang banyak. “Jika anda bisa berbicara, maka anda bisa mempengaruhi. Jika bisa mempengaruhi, maka anda akan mengubah hidup anda. Ketika hidup orang berubah maka anda akan dapat pahala,” kata Muchlis.
Penulis buku Powerful Speaking ini mengungkapkan keahlian public speaking tidak dilahirkan dari diri seseorang, namun harus dipelajari dan dilatih. Menurut Muchlis, tidak perlu khawatir menghadapi kesulitan berbicara di depan umum karena setiap orang punya kekurangan. Namun, seorang pembicara harus bisa mengenali dan mengembangkan diri. “Untuk mengenali diri, kita harus mau meminta feed back dari orang lain. Setelah itu evaluasi, apa yang harus diperbaiki,” kata Muchlis.
Ia mengingatkan sebelum berbicara di depan umum, seseorang harus melakukan persiapan dengan mempelajari materi, siapa audiennya, waktu, lokasi dan bagaimana sebuah pertemuan itu dilaksanakan. Materi yang disediakan harus dikuasai terkait topik, objektif, pesan utama, ilustrasi berupa riset dan kesimpulan. “Silahkan gali ide karena banyak ide sederhana melahirkan karya besar. Seorang pembicara harus banyak membaca buku, jurnal, dan lain-lain,” kata Muchlis.
Ia mengutarakan untuk membuat materi yang menarik, seorang pembicara perlu mengimbangi visual dengan verbal, breakdown materi, tinggalkan konten yang tidak berhubungan dan meningkatkan kemampuan story telling. Muchlis menjelaskan materi dalam setiap slide, tidak boleh terlalu banyak karena kapasitas otak manusia terbatas, namun lebih penting relevan.
Ia menyebutkan tidak kalah pentingnya mempersiapkan mental sebelum mulai berbicara di depan umum. Muchlis mengingatkan tidak perlu takut dan grogi karena orang lain juga mengalami hal tersebut. “Ketakutan berbicara itu normal. Justru berbahaya jika tidak takut karena bisa menimbulkan over confident, sombong dan merendahkan audien. Pembicara hebat pun bisa demam panggung, hanya dia bisa menyiasatinya,” kata Muchlis.
Menurut Muchlis, diperlukan kemampuan menguasai materi, memperhatikan bahasa tubuh dan intonasi. Bahkan, kata-kata hanya berdampak 7 persen, sedangkan bahasa tubuh 55 persen akan mempengaruhi sebuah pertemuan. “Untuk menumbuhkan kepercayaan diri, seseorang harus yakin pada kelebihannya, pikirkan juga kenapa kita diminta berbicara oleh orang lain, itu karena anda dianggap mampu, ini akan menguatkan mental kita sebelum berbicara,” ujar Muchlis.
Ia menganjurkan sebelum tampil di depan umum, pembicara melakukan latihan di depan orang lain, seperti teman, cermin atau direkam menggunakan handphone. Muchlis mengutip pepatah lama,“barang siapa naik mimbar tanpa persiapan, maka akan turun tanpa penghormatan.”
Ia juga berharap seorang pembicara bisa menyampaikan pesan positif. “Kata-kata akan menunjukkan persepsi orang terhadap kita. Apa yang kita sampaikan, itu yang dinilai orang,” kata Muchlis.
Peserta webinar mendapatkan enam buku gratis dari Ketua Ikafe Unri Djonieri dan pembicara Muchlis. Peserta menyambut antusias webinar yang dilaksanakan Ikafe Unri, khususnya mahasiswa untuk menambah wawasan dan ilmu dalam mempersiapkan diri menjadi seorang pembicara handal. (FA)